Dapat Karakter Nyentrik, Dodit Mulyanto Jatuh Cinta Film ‘Maju Serem Mundur Horor’

Kabaretegal – Sebuah film tak hanya hiburan semata, tapi bisa juga menyampaikan pesan. Demikian dengan Dodit Mulyanto, komika yang sekarang banyak main film, yang merasa ia mendapatkan sesuatu untuk masa depan dirinya dengan karakter nyentrik yang diperankannya sebagai Bowo.

“Saya berperan menjadi kameraman dalam film ini, “ kata Dodit Mulyanto saat press conference seusai press screening film ‘Maju Serem Mundur Horor’ di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (20/10/2025).

Lebih lanjut, Dodit menerangkan, bahwa dirinya jatuh cinta pada film tersebut. “Karena ada karakter yang akan saya ambil dalam kehidupan nyata saya, “ terangnya.

Dodit menyampaikan, setelah main film ini ia akan memperdalam ilmu hitam. “Saya akan lebih giat belajar mantra-mantra, “ bebernya setengah bercanda.

Menurut Dodit, membintangi film ini dirinya mendapatkan banyak sesuatu yang tidak dapat disampaikan secara gamblang karena ia merasakan merinding-merinding yang aneh.

“Akan saya teliti lagi ada apa dalam metabolisme saya, “ pungkas Didit Mulyanto masih tetap dengan gaya candanya sebagai seorang komika jempolan.

Perlu diketahui, Dodit Mulyanto merupakan komika yang mulai dikenal secara luas setelah mengikuti kompetisi Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV musim keempat.

Sebelum terjun ke dunia hiburan, Dodit berprofesi sebagai guru musik di SD Katolik Santa Clara Surabaya dan SMP Katolik Santa Clara Surabaya.

Dodit pertama kali tampil melawak tunggal di sebuah kafe di Surabaya pada tahun 2012. Saat itu ia maju ke panggung tanpa persiapan apapun, dikarenakan teman-temannya yang memaksa Dodit untuk mencoba.

Setelah itu, Dodit mengikuti ajang Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV musim keempat. Ia tersisih di penampilan ke-13.

Film ‘Maju Serem Mundur Horor’ berkisah tentang Poltak, Bowo, Dede dan Asikin. Mereka berempat mengalami mimpi yang sama dimana sebuah pertanda akan membawa mereka ke satu masalah.

Empat pemuda itu adalah mahasiswa jurusan film yang harus meyelesaikan perkuliahannya sesegera mungkin. Mereka berempat berusaha menyelesaikan kuliah demi keluarga. Meski masalah dalam keluarga mereka berbeda-beda.

Dosen mereka mengingatkan agar mereka segera mencapai kelulusannya. Dan untuk itu mereka harus meyelesaikan tugas akhir.

Dalam projek tugas akhir, Poltak mengajak Tiara teman sekampusnya yang muncul dalam mimpi mereka.

Setelah melalui proses yang cukup singkat akhirnya mereka memproduksi film itu dengan genre horror yang terinspirasi dari mimpi mereka.

Kejadian-kejadian aneh mulai bermunculan di saat mereka syuting. Gangguan itu terjadi bertubi-tubi mulai dari kemunculan penampakan hantu Noni Belanda, kerasukan setan hingga Mumun yang merupakan salah satu pemain di film itu mengalami kecelakaan yang membuat produksi film terganggu.

Lalu bagaimana kelanjutan ceritanya? Jika penasaran, silakan saksikan kisah lengkapnya di film yang akan tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai tanggal 23 Oktober 2025.

Film bergenre horor, komedi, drama arahan sutradara Chiska Doppert dengan skenario yang ditulis oleh Reza Keling, Adi Nugroho dan Mo Sidik, ini dibintangi Dodit Mulyanto sebagai Bowo. Kemudian, Mael Lee sebagai Poltak, Yewen (Asikin), Daffa Ariq (Dede), Carissa Perusset (Tiara), Sara Fajira (Mumun), Sara Wijayanto (Nyai Suketi), Gary Iskak (Dosen), Azul Pratama (Crew Film), Ruhut Sitompul (Ayah Poltak) dan Kanaya Gleadys.

Film ‘Maju Serem Mundur Horor’ di bioskop seluruh Indonesia pada 23 Oktober 2025.***

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan, ini lahir 27 Mei 1971 di desa Jatibogor, Suradadi, Tegal, Jawa Tengah. Tinggal di Jakarta, bekerja sebagai wartawan. Puisi-puisinya masuk sekitar 80 buku antologi komunal (1994-2025). Buku antologi puisi tunggalnya; Penyeberangan ke Masa Depan (Yayasan Sastra Gading, 1997), Cakrawala Menjelang (Yayasan Aksara Indonesia, 2000), Memo Kemanusiaan (Balai Pustaka, 2022). Novelnya: Jejak Gelisah (2005) diterbitkan Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo, Gramedia Group), Chemistry (Bubble Books, 2018), Pocinta (Prabu21, 2021). Catatan tentang kesastrawanannya masuk dalam Bibliografi Sastra Indonesia (2000), Leksikon Susastra Indonesia (2001), Buku Pintar Sastra Indonesia (2001), Leksikon Sastra Jakarta (2003), Ensiklopedi Sastra Indonesia (2004), Gerbong Sastrawan Tegal (2010), Apa & Siapa Penyair Indonesia (2017), dan lain-lain. Karya-karyanya sudah banyak dijadikan bahan penelitian dan skripsi tingkat sarjana. Memenangkan Lomba Cipta Puisi Perguruan Tinggi se-Yogyakarta (1999) dan Pemenang Favorit Sayembara Mengarang Puisi Teroka-Indonesiana "100 Tahun Chairil Anwar" (2022).

View all posts by AKHMAD SEKHU →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *