Motiviga, Brand Lokal Bandung Pioneer Tas Pattern di Indonesia

Jakarta 25 Agustus 2020 – Dewasa ini, tas merupakan sebuah kebutuhan mulai dari orang dewasa hingga anak sekolah. Tas juga menjadi kebutuhan secara fungsional serta pelengkap gaya. Hal ini menjadikan tas termasuk dalam kebutuhan primer. Seiring berjalannya waktu, beragam model tas hadir, dan tak jarang dianggap sebagai karya seni.  Tahun 2012, Motiviga menjadi pioneer dengan menjadikan tas sebagi kanvas karya seni grafis. Konsistensi diawal tahun menjadi kunci Motiviga dapat bertahan menjadi pilihan tas anak muda Indonesia.

 

Muhamad Givary Malik, Founder Motiviga menjelaskan, “Semua berawal dari saya sebagai seorang design grafis yang ingin mengeksplor lebih dalam ke design pattern. Saya percaya setiap individu memiliki rasa ketertarikan akan warna dan pattern yang berbeda-beda. Peluang ini menjadi alasan saya membangun Motiviga dengan konsep warna dan pattern sehingga menjadi design yang menarik dan bisa dipilih oleh para konsumen sesuai dengan karakter yang mereka sukai.”

 

Motiviga hadir menjadi sebuah lifestyle. Saat ini, Motiviga tidak hanya hadir dalam bentuk tas, namun berkembang ke beberapa produk lain seperti pouch, tas laptop, strap, hingga scraf. Inovasi Motiviga juga hadir dalam bentuk kolaborasi dengan beberapa seniman terkemuka Indonesia sebagai cara membesarkan pasar dan mengajak anak muda Indonesia untuk lebih mencintai produk dalam negeri. Kualitas bahan tas dari Motiviga dapat terbilang premium, menggunakan waterproof fabric 100% polyester nylon fabric dengan polyurethane coating yang tentunya ramah lingkungan.

 

Giva menambahkan, “Motiviga berawal dari keisengan saya pribadi, berkembang hingga jadi seperti sekarang. Saya optimis di tahun berikutnya Motiviga bisa bertambah besar dan mampu memenuhi kebutuhan export merambah pasar ASEAN.”

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan, ini lahir 27 Mei 1971 di desa Jatibogor, Suradadi, Tegal, Jawa Tengah. Tinggal di Jakarta, bekerja sebagai wartawan. Puisi-puisinya masuk sekitar 80 buku antologi komunal (1994-2025). Buku antologi puisi tunggalnya; Penyeberangan ke Masa Depan (Yayasan Sastra Gading, 1997), Cakrawala Menjelang (Yayasan Aksara Indonesia, 2000), Memo Kemanusiaan (Balai Pustaka, 2022). Novelnya: Jejak Gelisah (2005) diterbitkan Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo, Gramedia Group), Chemistry (Bubble Books, 2018), Pocinta (Prabu21, 2021). Catatan tentang kesastrawanannya masuk dalam Bibliografi Sastra Indonesia (2000), Leksikon Susastra Indonesia (2001), Buku Pintar Sastra Indonesia (2001), Leksikon Sastra Jakarta (2003), Ensiklopedi Sastra Indonesia (2004), Gerbong Sastrawan Tegal (2010), Apa & Siapa Penyair Indonesia (2017), dan lain-lain. Karya-karyanya sudah banyak dijadikan bahan penelitian dan skripsi tingkat sarjana. Memenangkan Lomba Cipta Puisi Perguruan Tinggi se-Yogyakarta (1999) dan Pemenang Favorit Sayembara Mengarang Puisi Teroka-Indonesiana "100 Tahun Chairil Anwar" (2022).

View all posts by AKHMAD SEKHU →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *