Kabaretegal –Festival Film Wartawan (FFW) 2025 akan segera memasuki malam puncaknya pada November mendatang.
FFW 2025 lebih diarahkan untuk mengukur capaian prestasi estetika film Indonesia, daripada menciptakan flexing-flexing glamour perfilman.
Demikian dikatakan Adisurya Abdy, salah satu Juri Akhir FFW 2025, disela-sela penilaian nominasi film di Bioskop Kine Klub, lantai 2 Gedung Film Jakarta, Selasa 14 Oktober.
“Ambisi pencitraan untuk membuat festival menjadi acara yang glamour, sudah bukan masanya lagi,” kata Adisurya Abdy.
“Saya memberi masukan kepada Panitia, untuk tidak berambisi membiasakan flexing. Tetapi lebih mengetumakan capaian estetika, film sebagai karya budaya,” imbuhnya.
Flexing adalah istilah untuk kebiasaan memamerkan kekayaan, prestasi, atau gaya hidup mewah secara berlebihan, terutama di media sosial, agar mendapatkan perhatian, pujian, atau membuat orang lain iri.
Menurut Adisurya Abdy, posisi wartawan atau pers, dari dulu selalu berada di balik maju mundurnya perfilman nasional, sebagai behind the scene.
“Yang flexing menampakkan glamournya film, ya sepantasnya memang orang-orang film,” ucapnya.
Seperti diketahui, FFW adalah ajang festival film yang diselenggarakan para wartawan dan kritikus.
Melanjutkan tradisi sejak 1973 ketika berlangsung Best Actor-Actress PWI (Persatuan Wartawan Indonesia).
Bulan Oktober ini, FFW 2025 memasuki tahap penjurian akhir. Dewan Juri Akhir terdiri dari Adisurya Abdy, Akhlis Suryapati, Firman Bintang, Nurman Hakim, Lola Amaria.
Sebelumnya sebanyak 21 wartawan sebagai Juri Awal, telah melakukan penjurian terhadap film-film Indonesia yang dipertunjukkan kepada publik.
Acara puncak FWI akan berlangsung bulan November 2025.
“Kami masih mempertimbangkan lokasinya dan format acaranya seperti apa,” kata Benny Benke, Ketua Panitia FFW 2025.
“Bulan oktober ini panitia konsentrasi ke fasilitasi penjurian, termasuk menyediakan film dan ruang bioskop yang bisa dipergunakan menonton film secara bersama-sama oleh para Juri. Karena itu permintaan mereka,” imbuhnya.
Menurut Benny, masing-masing juri juga punya kesibukan sendiri-sendiri.
“Ada yang akan ke luar negeri lah, ada yang sedang mengawal ujian semester di kampusnya, ada yang akan berangkat umroh. Wah, kami harus menyusun jadwal penjurian dengan menyesuikan satu sama lain jadwal mereka,” papar Benny.
FFW 2025 akan memberikan penghargaan melalui simbol capaian prestasi, berupa Piala Gunungan yang diberikan kepada karya-karya film terbaik serta unsur-unsurnya, meliputi tiga genre: Drama, Komedi, Horor.
Di luar itu, akan dianugerahkan Penghargaan Spesial Juri sebagai simbol barometer Capaian Estetika Film Indonesia.***


