Gus Dur Terpilih Masuk Peacemakers Hall of Fame

Kabare Tegal – Peacemakers Hall of Fame hadir di Indonesia. Tepatnya di Pusat Pendidikan Peradaban Dunia di Tangerang Selatan. Peacemakers Hall of Fame sendiri merupakan sebuah ruang yang berisi tokoh-tokoh yang memberikan dampak yang besar bagi perdamaian. Dimana foto-foto dari para tokoh ini terpajang di ruangan khusus di Pusat Peradaban Dunia Jagat Arsy ini.

 

Tokoh-tokoh yang terpilih masuk dalam Peacemakers Hall of Fame adalah; President Gus Dur, Dalai Lama, Mother Teresa, Martin Luther King Jr., Princess Cheryl Halpern, Kofi Annan, Lech Walesa, Jimmy Carter, Nelson Mandela, Desmond Tutu, Woodrow Wilson, Winston Churchill, Pope John Paul II, Leo Tolstoy, Malala Yousafzai, Muhammad Ali, Tegla Laroupe, Mahatma Gandhi.

Abah Jagat selaku International Host Peacemakers Hall of Fame menjelaskan, dibuatnya Peacemakers Hall of Fame ini untuk memberikan aspirasi kepada tokoh-tokoh tersebut dan juga untuk menginspirasi generasi-generasi muda agar mencontoh para tokoh-tokoh perdamaian tersebut. Di pesantren yang ditinggali oleh banyak murid, setiap harinya mereka dapat datang ke Peacemakers Hall of Fame ini dan dapat menjadi pengingat akan pentingnya perdamaian bagi diri sendiri, sesama dan juga untuk dunia.

 

“Tokoh-tokoh ini dipilih oleh tim dari berbagai negara dan sudah melewati banyak pemikiran dan research mendalam. Kami mencari tokoh-tokoh yang memberikan dampak yang besar untuk perdamaian dan toleransi, “ tambah Abah Jagat saat menjelaskan proses pemilihan tokoh-tokoh yang masuk dalam Peacemakers Hall of Fame.

Dalam daftar tersebut ramai akan nama-nama peraih Nobel Perdamaian dan peraih nominasi Nobel Perdamaian namun ada juga tokoh yang terkenal akan kontribusinya untuk perdamaian dan dianggap mampu menginspirasi generasi muda kedepannya.

 

Tempat Pesantren Peradaban Dunia Jagat Arsy ini sendiri merupakan tempat yang strategis, dimana banyak tamu-tamu internasional yang sering berkunjung, program terbaru sebelum Peacemakers Hall of Fame sendiri dilakukan bersama Dino Patti Jalal, mantan Wakil Menteri Luar Negeri dan mantan Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat. Dino memiliki program “Abrahamic Circles”, sebuah program membangun harmoni antar agama-agama Samawi.

 

“Makanya kita saling welcome. Pesantren ini home for everyone. Full of love. Jadi ruang besar, guru kami mengajarkan, agar kita menjadi tempat bersama membangun dunia yang berperadaban.”

 

Terkait visi perdamaian, Abah menjelaskan bahwa kita mengidamkan, mengimpikan sebuah dunia yang berperadaban, dunia damai, membahagiakan banyak orang.

 

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan, ini lahir 27 Mei 1971 di desa Jatibogor, Suradadi, Tegal, Jawa Tengah. Tinggal di Jakarta, bekerja sebagai wartawan. Puisi-puisinya masuk sekitar 80 buku antologi komunal (1994-2025). Buku antologi puisi tunggalnya; Penyeberangan ke Masa Depan (Yayasan Sastra Gading, 1997), Cakrawala Menjelang (Yayasan Aksara Indonesia, 2000), Memo Kemanusiaan (Balai Pustaka, 2022). Novelnya: Jejak Gelisah (2005) diterbitkan Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo, Gramedia Group), Chemistry (Bubble Books, 2018), Pocinta (Prabu21, 2021). Catatan tentang kesastrawanannya masuk dalam Bibliografi Sastra Indonesia (2000), Leksikon Susastra Indonesia (2001), Buku Pintar Sastra Indonesia (2001), Leksikon Sastra Jakarta (2003), Ensiklopedi Sastra Indonesia (2004), Gerbong Sastrawan Tegal (2010), Apa & Siapa Penyair Indonesia (2017), dan lain-lain. Karya-karyanya sudah banyak dijadikan bahan penelitian dan skripsi tingkat sarjana. Memenangkan Lomba Cipta Puisi Perguruan Tinggi se-Yogyakarta (1999) dan Pemenang Favorit Sayembara Mengarang Puisi Teroka-Indonesiana "100 Tahun Chairil Anwar" (2022).

View all posts by AKHMAD SEKHU →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *